Narator : Disebuah pulau terdapat sebuah desa dan di desa tersebut tinggallah seorang remaja bernama Toba. Ia merupakan seorang yang pemberani dan mempunyai semangat juang yang tinggi dan di desa tersebut ia pun mempunyai seorang kekasih bernama Tiur. Mereka telah menjalink kasih sejak lama dan akan segera menikah.
Toba : Tiur kita akan menikah tetapi aku belum mempunyai apapun untuk membahagiakanmu.
Tiur : Tak apa-apa bang, asalkan bisa hidup denganmu aku sudah merasa senang.
Toba : Tidak Tiur aku tak mau seperti itu, bagaimana jika besok aku melaut untuk mencari kerang untuk ku persembahkan sebagai hadiah pernikahan kita.
Tiur : Jika itu kemauanmu aku akan menurutinya.
Narator : Keesokan harinya Toba benar-benar melaksanakan niatnya itu untuk melaut.
Toba : Tiur aku akan berangkat melaut.
Tiur : Hati-hati bang. Selamat jalan bang, aku akan menunggumu disini.
Narator : Setelah berpamitan kepada kekasihnya, Toba pun berangkat melaut. Tetapi ditengah mencari mutiara dan kerang, tiba-tiba badai dating dengan lebat dan kencangnya.
Toba : Badainya lebat sekali, bagaimana pun juga aku akan mencoba melewati badai ini.
Narator : Walau sudah berusaha sekuat tenaga perahu Toba pun hancur dan ia pun hanyut bersama derasnya arus dan ketika sadar.
Toba : Dimana aku ini. Apa sebenarnya yang terjadi?
Ia aku ingat sewaktu aku melawan badai perahu ku hancur dan aku tak ingat apa-apa lagi. Tetapi dimana aku sekarang dan bagaimana aku pulang kerumah.
Narator : Dengan bingung Toba pun mencoba tenang dan bertahan di sana. Ketika Toba sedang lapar ia pun berusaha mencari sesuatu yang dapat ia makan, hingga ia pun bertemu dengan ikan mas ajaib.
Toba : Sepertinya aku lapar sekali. Bagaimana ini lebih baik aku mencari ikan untuk ku bakar. Nah sepertinya di sungai itu ada ikan yang cukup besar. Baiklah akan ku tangkap ikan itu.
Narator : Setelah mendapatkan ikan dan ketika hendak membunuhnya.
Ikan Mas : Wahai manusia jangan aengkau memakanku.
Toba : Siapa kau? kenapa kamu bisa berbicara.
Ikan Mas : Aku hanyalah ikan biasa tetapi aku dapat berbicara layaknya manusia. Dan kau pun tak usah takut.
Toba : Tetapi bagaimana mungkin kamu dapat berbicara?
Ikan Mas : Sudah tak apa. Manusia siapa namamu dan bagaimana kamu bisa berada di pulau ini.
Toba : Sewaktu aku mencari kerang perahu ku hancur dan saat sadar aku sudah berada di pulau ini. Dan panggil saja aku Toba.
Ikan Mas : Mengapa kau tidak pulang Toba?
Toba : Sebenarnya aku sudah melakukan banyak cara agar aku dapat pulang tetapi aku tak bisa. Andaikan aku mempunyai sebuah pedang agar aku dapat membuat sebuah rakit.
Ikan Mas: Kalau begitu pejamkan matamu Toba. Dan bayangkan di depanmu ada sebuah pedang.
Toba : Baik lah.
Narator : Ketika Toba memejamkan matanya dan membuka kembali matanya tiba-tiba sebuah pedang pun ada didepan dia.
Ikan Mas : Bukalah matamu Toba dan gunakanlah pedang tersebut untuk membuat rakit agar kamu dapat kembali kerumahmu.
Toba : Baik lah ikan. Dan mau kah kamu ikut bersama ku untuk ku persembah kan kamu kepada kekasihku.
Ikan Mas : Baik Toba aku mau.
Narator : Setelah membuat sebuah rakit, akhirnya Toba beserta ikan mas ajaib itu pun pulang. Tapi setiba nya di desa. Ternyata kekasihnya telah meninggal dan itu membuat Toba putus asa.
Toba : Tiur mengapa kau pergi meninggalkanku? Padhal aku sudah susah payah untuk mencarikan hadiah untuk pernikahan kita.
Narator : Dengan kepedihan hatinya dan rasa putus asa Toba pun berniat pergi dari desa dan merantau ke tempat lain.
Toba : Daripada aku disini hanya akan mengingatkan kepada kekasihku yang telah tiada lebih baik aku pergi dari desa ini.
Narator : Akhirnya Toba pun pergi dan ikan ajaib yang ia temukan selalu ia bawa. Hingga ia menetap di suatu desa. Tapi Toba tetap sedih hingga ikan ajaib itu punm,enjelmakan dirinya menjadi seorang wanita yang cantik rupawan untuk menghibur Toba.
Toba : Siapa kamu dan bagaimana kamu bias berada di rumahku lalu kemana ikan ajaib ku.
Ikan Mas : Ini aku ikan mas ajaib yang kamu miliki, aku menjelmakan diriku sebagai wanita agar kau tak merasa kesepian.
Toba : Terima kasih karena kau telah mau menghibur ku. Lalu siapa namamu.
Ikan Mas : Terserah saja kepada mu.
Toba : Bagaimana kalau aku beri nama Mina.
Mina : Boleh sajalagipula nama itu tak terlalau jelek.
Narator : Setelah menjelmakan diri menjadi Mina, Toba pun akhirnya dapat melupakan Tiur. Dan merekapun menjalin kasih. Hingga suatu hari Toba menyatakan maksudnya kepada Mina.
Toba : Mina. Aku ingin menyatakankan maksud hatiku dan rasa yang ku miliki terhadapmu.
Mina : apa itu bang? Katakana saja.
Toba : Aku ingin melamarmu dan menjadikan kamu sebagai kekasihku.
Mina : aku mau Toba tapi ada syaratnya?
Toba : apa itu?
Mina : Syaratnya adalah kau tak boleh mengucapkan kata-kata Dasar IKAN ataupun jika kita mempunyai anak nanti kamu tidak boleh mengucapkan kata Dasar Anak IKAN.
Toba : Baiklah Mina aku akn menyanggupi syarat itu.
Narator :Akhirnya merekapun menikah dan setelah beberapa tahun merekapun mempunyai seorang anak dan anak itu diberi nama Samosir.
Toba : isteriku anak kita akan kita beri nama apa?
Mina : terserah pada abang saja.
Toba : Bagaimana kalau ku beri nama Samosir.
Mina : ya sudah kita panggil dia Samosir.
Narator : Kebahagian terus mangdampingi keluarga Toba hingga Samosir itu pun tumbuh besar dan berumur 10 tahun.
Toba : Samo. Kenapa memukuli anak orang lain?
Samosir : Habisnya anak itu memukuli teman ku sedangkan anak itu tubuhnya lebih besar dari tubuh teman ku.
Toba : lain kali jangan kau lakukan itu lagi!! Sekali lagi kau berbuat seperti itu kau tak ku izin kan bermain. Mengerti kau!!
Samosir : mengerti pak.
Narator : Hari-hari terus berlalu Toba sering sekali tidak akur denagn anaknya. Hingga suatu hari Ibunya menyuruh samosir mengantarkan Nasi kepada Toba yang sedang berladang.
Mina : Samo tolong ibunya antar kan Nasi kepada ayahmu. Kasihan ayahmu pasti sudah kelaparan.
Samosir : Tidak mau bu. Aku ingin bermain.
Mina : Tolonglah nak. Ibu sedang sibuk nak.
Samosir : Baiklah bu.
Narator : Dengan persaan kesal Samosir pun pergi. Tetapi di tengah jalan ia tersandung dan jatuh dan nasi yang ia bawa untuk ayahnya pun berserakkan. Tanpa berpikir apapun ia langsung manegumpulkan nasi tersebut.
Samosir : Bagaimana ini. Ayah pasti marah padaku.
Narator : dengan perasaan takut samosirpun langsung menuju keladang dan menemui ayahnya.
Toba : Wah. Sudah siang begini mengapa nasi ku belum diantar juga.
Toba : Nah itru samo dia membawa nasi. Hey samo mana nasi nya aku sudah lapar.
Samosir : Ini pak.
Toba : apa-apaan ini. Masa ayahmu diberikan nasi seperti nasi sisa begini.
Samosir : Maaf pak. Tadi sewaktu ditengah jalan aku tersandung dan aku terjatuh.
Toba : dasar kamu anak nakal, anak yang bebal yang tidak bisa diajar. Anak yang tidak berguna.(Toba memukul anaknya)
Samosir : ampun.. ampun ayah. Tolong aku ibu.
Toba : Heh anak manja, kenapa kau panggil-panggil ibumu ? ingin mengadui ya ? dasar anak ikan !
Narator : setelah Toba mengatakan kata-kata itu Langit langsung mengeluarkan halilintar dan badai yang kencang. Dan semenatara itu samosir pergi menemui ibunya dan menagadu kepada ibunya.
Samosir : ibu, ibu Ayah memarahi ku lagi dan anak mengataiku dengan kata-kata Aku ini anak ikan
Mina : benarkah itu nak.
Samosir : benar bu..
Narator : mendengar aduan anaknya Mina sangat kecewa dan sedih.
Mina : anakku sekarang kau berlarilah kebukit tertinggi.
Samosir : baik bu. Tapi ibu kenapa tidak lari bersamaku.
Mina : Tidak nak. Cepatlah kau pergi.
Samosir : Baik bu.
Narator : samosirpun langsung berlari kebukit tinggi sedangkan ibunya berubah menjadi ikan kembali dan berenang ke sungai. Hujan yang turun terus menerus hingga menggenangi daerah tersebut dan menjadi sebuah danau. Sedangkan Toba yang tidak dapat menyelamatkan diri tenggelam dan mati di danau tersebut. Dan danau tersebut diberinama Danau Toba sedangkan pulau yang berada di danau tersebut diberi nama pulau samosir.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar